Apapun sasaran yang mereka tuju, peluru mortir itu mendarat di sebuah panti asuhan yang dikelola oleh sebuah kelompok misionaris di sebuah perkampungan kecil Vietnam. Misionaris dan satu atau dua anak langsung tewas secara mengerikan, sedangkan beberpa anak lain terluka, termasuk seorang gadis kecil sekitar delapan tahun.
Orang-orang dari kampung itu segera meminta pertolongan medis dari sebuah kota terdekat yang memiliki hubungan radio dengan tentara Amerika. Akhirnya, seorang dokter dan seorang perawat dari Angkatan Laut Amerika tiba di situ dengan sebuah Jeep yang hanya membawa obat-obatan dan peralatan medis. Mereka menemukan bahwa cedera anak perempuan itu yang paling kritis. Tanpa tindakan cepat,ia akan meninggal karena shock dan kehabisan darah.
Tranfusi darah merupakan sesuatu yang tidak dapat ditawar, dan untuk itu diperlukan darah yang jenisnya sama. Pengujian secara cepat menunjukan bahwa di antara orang Amerika tidak ada yang memiliki golongan darah sama, tap beberapa anak panti yang tidak terluka memilikinya.
Sang dokter tidak begitu menguasai bahasa Vietnam, sedangkan bahasa Prancis sang perawat hanya sebatas yang diperolehnya di SMU. Dengan kombinasi itu, ditambah bahasa isyarat, mereka mencoba menerangkan kepada anak-anak yang masih ketakutan itu bahwa kecuali bila darahnya yang banyak keluar itu diganti, gadis kecil itu akan meninggal. Kemudian mereka bertanya apakah ada di antara mereka yang bersedia memberikan darah.
Permintaan itu ditangapi dengan diam seribu bahasa. Setelah agak lama, seorang anak mengacungkan tangannya perlahan-lahan tetapi dalam keraguannya ia menurunkannya lagi, walaupun kemudian mengacungkan tangannya lagi.
"Oh, terima kasih," kata sang perawat dalam bahasa Prancis. "Siapa namamu?"
"Heng," jawab anak itu.
Heng dengan cepat berbaring di atas tandu, lengannya diusap dengan alkohol, dan kemudian sebatang jarum dimasukan ke dalam pembuluh darahnya. Selama proses ini Heng berbaring kaku, tidak bergerak.
Namun beberapa saat kemudian, ia menangis terisak-isak, dan dengan cepat menutup wajahnya dengan tangannya yang bebas.
"Apakah kau kesakitan, Heng?" tanya dokter itu. Heng menggelengkan kepalanya, tetapi tidak lama kemudian ia terisak lagi, walaupun berusaha menahan tangisnya itu. Sekali lagi sang dokter bertanya apakah jarum yang dipakai membuatnya sakit, dan sekali lagi Heng menggelengkan kepala.
Akan tetapi, sekarang isak yang tertahan-tahan berubah menjadi tangisan yang memilukan. Matanya dipejamkannya rapat-rapat, sedangkan tangannya berusaha menutup mulutnya untuk menahan isak.
Tim medis itu menjadi khawatir. Pasti ada sesuatu yang tidak beres. Untunglah, seorang perawat Vietnam segera datang. Melihat anak kecil yang begitu tertekan, ia berbicara dengan cepat dalam bahasa Vietnam, mendengarkan jawaban anak itu , kemudian membalas dengan suara yang menghibur.
Tidak lama kemudian, anak itu berhenti menangis dan mamandang dengan mimik bertanya kepada sang perawat Vietnam. Ketika perawat itu mengangguk, tampak sinar kelegaan menyebar pada seluruh wajahnya.
Sambil melihat keatas, perawat itu berkata lirih kepada tim medis Amerika, "Ia mengira bahwa ia akan mati. Ia salah paham. Ia mengira Anda memintanya memberikan seluruh darahnya supaya gadis kecil itu dapat hidup."
"Tapi mengapa ia bersedia melakukannya?" tanya perawat angkatan laut.
Perawat Vietnam itu kembali bertanya kepada anak lelaki yang sedang menyumbangkan darah, yang menyahut singkat, "Ia sahabat saya."
Kolonel John W. Mansur
Disarikan dari The Missileer
Chicken Soup For The Unsinkable Soul
Senin, 29 November 2010
Dua Pilihan
Dua Pilihan
Dikirim Oleh tom
Dari Chicken Soup For The Soul
Pada sebuah jamuan makan malam pengadaan dana untuk sekolah anak-anak cacat, ayah dari salah satu anak yang bersekolah disana menghantarkan satu pidato yang tidak mungkin dilupakan oleh mereka yang menghadiri acara itu.
Setelah mengucapkan salam pembukaan, ayah tersebut mengangkat satu topik:
'Ketika tidak mengalami gangguan dari sebab-sebab eksternal, segala proses yang terjadi dalam alam ini berjalan secara sempurna/ alami. Namun tidak demikian halnya dengan anakku, Shay. Dia tidak dapat mempelajari hal-hal sebagaimana layaknya anak-anak yang lain. Nah, bagaimanakah proses alami ini berlangsung dalam diri anakku? '
Para peserta terdiam menghadapi pertanyaan itu.
Ayah tersebut melanjutkan: "Saya percaya bahwa, untuk seorang anak seperti Shay, yang mana dia mengalami gangguan mental dan fisik sedari lahir, satu-satunya kesempatan untuk dia mengenali alam ini berasal dari bagaimana orang-orang sekitarnya memperlakukan dia"
Kemudian ayah tersebut menceritakan kisah berikut:
Shay dan aku sedang berjalan-jalan di sebuah taman ketika beberapa orang anak sedang bermain baseball. Shay bertanya padaku,"Apakah kau pikir mereka akan membiarkanku ikut bermain?" Aku tahu bahwa kebanyakan anak-anak itu tidak akan membiarkan orang-orang seperti Shay ikut dalam tim mereka, namun aku juga tahu bahwa bila saja Shay mendapat kesempatan untuk bermain dalam tim itu, hal itu akan memberinya semacam perasaan dibutuhkan dan kepercayaan untuk diterima oleh orang-orang lain, diluar
kondisi fisiknya yang cacat.
Aku mendekati salah satu anak laki-laki itu dan bertanya apakah Shay dapat ikut dalam tim mereka, dengan tidak berharap banyak. Anak itu melihat sekelilingnya dan berkata, "kami telah kalah 6 putaran dan sekarang sudah babak kedelapan. Aku rasa dia dapat ikut dalam tim kami dan kami akan mencoba untuk memasukkan dia bertanding pada babak kesembilan nanti'
Shay berjuang untuk mendekat ke dalam tim itu dan mengenakan seragam tim dengan senyum lebar, dan aku menahan air mata di mataku dan kehangatan dalam hatiku. Anak-anak tim tersebut melihat kebahagiaan seorang ayah yang gembira karena anaknya diterima bermain dalam satu tim.
Pada akhir putaran kedelapan, tim Shay mencetak beberapa skor, namun masih ketinggalan angka. Pada putaran kesembilan, Shay mengenakan sarungnya dan bermain di sayap kanan. Walaupun tidak ada bola yang
mengarah padanya, dia sangat antusias hanya karena turut serta dalam permainan tersebut dan berada dalam lapangan itu. Seringai lebar terpampang di wajahnya ketika aku melambai padanya dari kerumunan.
Pada akhir putaran kesembilan, tim Shay mencetak beberapa skor lagi. Dan dengan dua angka out, kemungkinan untuk mencetak kemenangan ada di depan mata dan Shay yang terjadwal untuk menjadi pemukul berikutnya.
Pada kondisi yg spt ini, apakah mungkin mereka akan mengabaikan kesempatan untuk menang dengan membiarkan Shay menjadi kunci kemenangan mereka?
Yang mengejutkan adalah mereka memberikan kesempatan itu pada Shay.
Semua yang hadir tahu bahwa satu pukulan adalah mustahil karena Shay bahkan tidak tahu bagaimana caranya memegang pemukul dengan benar, apalagi berhubungan dengan bola itu. Yang terjadi adalah, ketika Shay melangkah maju kedalam arena, sang pitcher, sadar bagaimana tim Shay telah mengesampingkan kemungkinan menang mereka untuk satu momen penting dalam hidup Shay, mengambil beberapa langkah maju ke depan dan melempar bola itu perlahan sehingga Shay paling tidak bisa mengadakan kontak
dengan bola itu.
Lemparan pertama meleset; Shay mengayun tongkatnya dengan ceroboh dan luput. Pitcher tsb kembali mengambil beberapa langkah kedepan, dan melempar bola itu perlahan kearah Shay. Ketika bola itu datang, Shay mengayun kearah bola itu dan mengenai bola itu dengan satu pukulan perlahan kembali kearah pitcher.
Permainan seharusnya berakhir saat itu juga, pitcher tsb bisa saja dengan mudah melempar bola ke baseman pertama, Shay akan keluar, dan permainan akan berakhir. Sebaliknya, pitcher tsb melempar bola melewati baseman pertama, jauh dari jangkauan semua anggota tim. Penonton bersorak dan kedua tim mulai berteriak, "Shay, lari ke base satu! Lari ke base satu!". Tidak pernah dalam hidup Shay sebelumnya ia berlari sejauh itu, tapi dia berhasil melaju ke base pertama. Shay tertegun dan membelalakkan matanya. Semua orang berteriak, "Lari ke base dua, lari ke base dua!"
Sambil menahan napasnya, Shay berlari dengan canggung ke base dua. Ia terlihat bersinar-sinar dan bersemangat dalam perjuangannya menuju base dua. Pada saat Shay menuju base dua, seorang pemain sayap kanan memegang bola itu di tangannya. Pemain itu merupakan anak terkecil dalam timnya, dan dia saat itu mempunyai kesempatan menjadi pahlawan kemenangan tim untuk pertama kali dalam hidupnya. Dia dapat dengan mudah melempar bola itu ke penjaga base dua.
Namun pemain ini memahami maksud baik dari sang pitcher, sehingga diapun dengan tujuan yang sama melempar bola itu tinggi ke atas jauh melewati jangkauan penjaga base ketiga. Shay berlari menuju base ketiga.
Semua yang hadir berteriak, "Shay, Shay, Shay, teruskan perjuanganmu Shay"> Shay mencapai base ketiga saat seorang pemain lawan berlari ke arahnya dan memberitahu Shay arah selanjutnya yang mesti ditempuh. Pada saat Shay menyelesaikan base ketiga, para pemain dari kedua tim dan para penonton yang berdiri mulai berteriak, "Shay, larilah ke home, lari ke home!".
Shay berlari ke home, menginjak balok yg ada, dan dielu-elukan bak seorang hero yang memenangkan grand slam. Dia telah memenangkan game untuk timnya.
Hari itu, kenang ayah tersebut dengan air mata yang berlinangan di wajahnya, para pemain dari kedua tim telah menghadirkan sebuah cinta yang tulus dan nilai kemanusiaan kedalam dunia.
Shay tidak dapat bertahan hingga musim panas berikut dan meninggal musim dingin itu. Sepanjang sisa hidupnya dia tidak pernah melupakan momen dimana dia telah menjadi seorang hero, bagaimana dia telah membuat ayahnya bahagia, dan bagaimana dia telah membuat ibunya menitikkan air mata bahagia akan sang pahlawan kecilnya. Seorang bijak pernah berkata, sebuah masyarakat akan dinilai dari cara mereka memperlakukan seorang yang paling tidak beruntung diantara mereka.
Catatan kaki:
Kita semua mempunyai banyak pilihan dalam hidup setiap harinya untuk dapat memahami "kejadian alami dalam hidup". Begitu banyak hubungan antar 2 manusia yang kelihatan remeh, sebenarnya telah meninggalkan 2 pilihan bagi kita:
Apakah kita telah meninggalkan cinta dan kemanusiaan atau, Apakah kita telah melewatkan kesempatan untuk berbagi kasih dengan mereka yang kurang beruntung, yang menyebabkan hidup ini menjadi dingin?
"sebuah masyarakat dinilai dari cara mereka memperlakukan orang-orang yang tidak beruntung diantara mereka"
kutipan diatas mengingatkan saya dgn kondisi negara ini saat ini (atau mungkin dunia ini saat ini)...Indonesia dimana saya dilahirkan dan dibesarkan...dan semoga juga tempat dimana saya dimakamkan...
betapa bobrokny sistem dalam masyarakat kita, setiap orang semakin tenggelam dalam peliknya kehidupan, tak peduli dgn sekitarny (there's only "me"n "me")...keegoisan menindas mentah2 sisi kemanusiaan...layaknya iblis yang memperdaya nabi Adam hingga Dia terlempar dari surga...yaaah, memang semua orang punya alasan untuk egois, namun hal tersebut tak lebih dr sebuah pembenaran konyol atas keserakahannya.
Aah...entah kapan cerita diatas bisa terwujud disini...ato mungkin sudah ada disuatu tempat entah dimana...antah berantah dgn keselarasan hidup dan ketenggangrasaan murni yang mengilustrasikan surga...antah berantah dimana ikatan persahabatan melebihi hubungan darah.... yaaah, semoga....
well......saya tidak bermaksud menyajikan inti dr cerita diatas, anda pasti sudah memahaminya...
jujur saja, pertama kali saya membaca cerita ini...muncul perasaan sedih yg mendalam...yaah,scr tidak langsung cerita ini merefleksikan adik saya dan semua kenangan tentangnya...
tentang bagaimana ia berjuang untuk melakukan hal2 yg menurut kita sepele...tentang bagaimana ia menangis karena ingin berinteraksi dengan sekitarnya namun apa daya, kondisinya tidak memungkinkannya melakukan itu...tentang bagaimana ia tertawa menghadapi dunia ini, tak peduli bagaimanapun sulitnya...dan juga, yang terpenting, tentang bagaimana ia menyinari dunia sekitarnya...
Orang2 dengan kebutuhan khusus seperti adik saya biasa disebut dengan penderita "down syndrome/ sindroma down"...ato dgn kata halus lainny."invalid"...
bagi beberapa orang bodoh, mereka menyebutnya "cacat", "idiot" dsb...dan bagi beberapa orang yang jauh lebih tolol lagi, mereka menyebutnya sebagai "jokes"/"tertawaan"
tp bagi saya,dia itu spesial...sebuah anugrah tak terhingga...Sebuah hadiah dari Tuhan...
entah apa jadiny hidup saya tanpa dia...mungkin saya tak akan pernah mensyukuri hidup ini...mungkin saya akan menjadi orang goblog yg seenak-enaknya menginjak harga diri orang lain...mngkn jg lebih parah dr itu
semakin saya melihatnya..semakin saya bersyukur telah dianugerahi adik sepertinya...kenapa??...entahlah, saya jg tak dapat menjelaskannya......Mmm, anggap saja....sebuah perasaan yg muncul dengan sendirinya dan seharusnya...
thx my little brother...thx God...
Dikirim Oleh tom
Dari Chicken Soup For The Soul
Pada sebuah jamuan makan malam pengadaan dana untuk sekolah anak-anak cacat, ayah dari salah satu anak yang bersekolah disana menghantarkan satu pidato yang tidak mungkin dilupakan oleh mereka yang menghadiri acara itu.
Setelah mengucapkan salam pembukaan, ayah tersebut mengangkat satu topik:
'Ketika tidak mengalami gangguan dari sebab-sebab eksternal, segala proses yang terjadi dalam alam ini berjalan secara sempurna/ alami. Namun tidak demikian halnya dengan anakku, Shay. Dia tidak dapat mempelajari hal-hal sebagaimana layaknya anak-anak yang lain. Nah, bagaimanakah proses alami ini berlangsung dalam diri anakku? '
Para peserta terdiam menghadapi pertanyaan itu.
Ayah tersebut melanjutkan: "Saya percaya bahwa, untuk seorang anak seperti Shay, yang mana dia mengalami gangguan mental dan fisik sedari lahir, satu-satunya kesempatan untuk dia mengenali alam ini berasal dari bagaimana orang-orang sekitarnya memperlakukan dia"
Kemudian ayah tersebut menceritakan kisah berikut:
Shay dan aku sedang berjalan-jalan di sebuah taman ketika beberapa orang anak sedang bermain baseball. Shay bertanya padaku,"Apakah kau pikir mereka akan membiarkanku ikut bermain?" Aku tahu bahwa kebanyakan anak-anak itu tidak akan membiarkan orang-orang seperti Shay ikut dalam tim mereka, namun aku juga tahu bahwa bila saja Shay mendapat kesempatan untuk bermain dalam tim itu, hal itu akan memberinya semacam perasaan dibutuhkan dan kepercayaan untuk diterima oleh orang-orang lain, diluar
kondisi fisiknya yang cacat.
Aku mendekati salah satu anak laki-laki itu dan bertanya apakah Shay dapat ikut dalam tim mereka, dengan tidak berharap banyak. Anak itu melihat sekelilingnya dan berkata, "kami telah kalah 6 putaran dan sekarang sudah babak kedelapan. Aku rasa dia dapat ikut dalam tim kami dan kami akan mencoba untuk memasukkan dia bertanding pada babak kesembilan nanti'
Shay berjuang untuk mendekat ke dalam tim itu dan mengenakan seragam tim dengan senyum lebar, dan aku menahan air mata di mataku dan kehangatan dalam hatiku. Anak-anak tim tersebut melihat kebahagiaan seorang ayah yang gembira karena anaknya diterima bermain dalam satu tim.
Pada akhir putaran kedelapan, tim Shay mencetak beberapa skor, namun masih ketinggalan angka. Pada putaran kesembilan, Shay mengenakan sarungnya dan bermain di sayap kanan. Walaupun tidak ada bola yang
mengarah padanya, dia sangat antusias hanya karena turut serta dalam permainan tersebut dan berada dalam lapangan itu. Seringai lebar terpampang di wajahnya ketika aku melambai padanya dari kerumunan.
Pada akhir putaran kesembilan, tim Shay mencetak beberapa skor lagi. Dan dengan dua angka out, kemungkinan untuk mencetak kemenangan ada di depan mata dan Shay yang terjadwal untuk menjadi pemukul berikutnya.
Pada kondisi yg spt ini, apakah mungkin mereka akan mengabaikan kesempatan untuk menang dengan membiarkan Shay menjadi kunci kemenangan mereka?
Yang mengejutkan adalah mereka memberikan kesempatan itu pada Shay.
Semua yang hadir tahu bahwa satu pukulan adalah mustahil karena Shay bahkan tidak tahu bagaimana caranya memegang pemukul dengan benar, apalagi berhubungan dengan bola itu. Yang terjadi adalah, ketika Shay melangkah maju kedalam arena, sang pitcher, sadar bagaimana tim Shay telah mengesampingkan kemungkinan menang mereka untuk satu momen penting dalam hidup Shay, mengambil beberapa langkah maju ke depan dan melempar bola itu perlahan sehingga Shay paling tidak bisa mengadakan kontak
dengan bola itu.
Lemparan pertama meleset; Shay mengayun tongkatnya dengan ceroboh dan luput. Pitcher tsb kembali mengambil beberapa langkah kedepan, dan melempar bola itu perlahan kearah Shay. Ketika bola itu datang, Shay mengayun kearah bola itu dan mengenai bola itu dengan satu pukulan perlahan kembali kearah pitcher.
Permainan seharusnya berakhir saat itu juga, pitcher tsb bisa saja dengan mudah melempar bola ke baseman pertama, Shay akan keluar, dan permainan akan berakhir. Sebaliknya, pitcher tsb melempar bola melewati baseman pertama, jauh dari jangkauan semua anggota tim. Penonton bersorak dan kedua tim mulai berteriak, "Shay, lari ke base satu! Lari ke base satu!". Tidak pernah dalam hidup Shay sebelumnya ia berlari sejauh itu, tapi dia berhasil melaju ke base pertama. Shay tertegun dan membelalakkan matanya. Semua orang berteriak, "Lari ke base dua, lari ke base dua!"
Sambil menahan napasnya, Shay berlari dengan canggung ke base dua. Ia terlihat bersinar-sinar dan bersemangat dalam perjuangannya menuju base dua. Pada saat Shay menuju base dua, seorang pemain sayap kanan memegang bola itu di tangannya. Pemain itu merupakan anak terkecil dalam timnya, dan dia saat itu mempunyai kesempatan menjadi pahlawan kemenangan tim untuk pertama kali dalam hidupnya. Dia dapat dengan mudah melempar bola itu ke penjaga base dua.
Namun pemain ini memahami maksud baik dari sang pitcher, sehingga diapun dengan tujuan yang sama melempar bola itu tinggi ke atas jauh melewati jangkauan penjaga base ketiga. Shay berlari menuju base ketiga.
Semua yang hadir berteriak, "Shay, Shay, Shay, teruskan perjuanganmu Shay"> Shay mencapai base ketiga saat seorang pemain lawan berlari ke arahnya dan memberitahu Shay arah selanjutnya yang mesti ditempuh. Pada saat Shay menyelesaikan base ketiga, para pemain dari kedua tim dan para penonton yang berdiri mulai berteriak, "Shay, larilah ke home, lari ke home!".
Shay berlari ke home, menginjak balok yg ada, dan dielu-elukan bak seorang hero yang memenangkan grand slam. Dia telah memenangkan game untuk timnya.
Hari itu, kenang ayah tersebut dengan air mata yang berlinangan di wajahnya, para pemain dari kedua tim telah menghadirkan sebuah cinta yang tulus dan nilai kemanusiaan kedalam dunia.
Shay tidak dapat bertahan hingga musim panas berikut dan meninggal musim dingin itu. Sepanjang sisa hidupnya dia tidak pernah melupakan momen dimana dia telah menjadi seorang hero, bagaimana dia telah membuat ayahnya bahagia, dan bagaimana dia telah membuat ibunya menitikkan air mata bahagia akan sang pahlawan kecilnya. Seorang bijak pernah berkata, sebuah masyarakat akan dinilai dari cara mereka memperlakukan seorang yang paling tidak beruntung diantara mereka.
Catatan kaki:
Kita semua mempunyai banyak pilihan dalam hidup setiap harinya untuk dapat memahami "kejadian alami dalam hidup". Begitu banyak hubungan antar 2 manusia yang kelihatan remeh, sebenarnya telah meninggalkan 2 pilihan bagi kita:
Apakah kita telah meninggalkan cinta dan kemanusiaan atau, Apakah kita telah melewatkan kesempatan untuk berbagi kasih dengan mereka yang kurang beruntung, yang menyebabkan hidup ini menjadi dingin?
"sebuah masyarakat dinilai dari cara mereka memperlakukan orang-orang yang tidak beruntung diantara mereka"
kutipan diatas mengingatkan saya dgn kondisi negara ini saat ini (atau mungkin dunia ini saat ini)...Indonesia dimana saya dilahirkan dan dibesarkan...dan semoga juga tempat dimana saya dimakamkan...
betapa bobrokny sistem dalam masyarakat kita, setiap orang semakin tenggelam dalam peliknya kehidupan, tak peduli dgn sekitarny (there's only "me"n "me")...keegoisan menindas mentah2 sisi kemanusiaan...layaknya iblis yang memperdaya nabi Adam hingga Dia terlempar dari surga...yaaah, memang semua orang punya alasan untuk egois, namun hal tersebut tak lebih dr sebuah pembenaran konyol atas keserakahannya.
Aah...entah kapan cerita diatas bisa terwujud disini...ato mungkin sudah ada disuatu tempat entah dimana...antah berantah dgn keselarasan hidup dan ketenggangrasaan murni yang mengilustrasikan surga...antah berantah dimana ikatan persahabatan melebihi hubungan darah.... yaaah, semoga....
well......saya tidak bermaksud menyajikan inti dr cerita diatas, anda pasti sudah memahaminya...
jujur saja, pertama kali saya membaca cerita ini...muncul perasaan sedih yg mendalam...yaah,scr tidak langsung cerita ini merefleksikan adik saya dan semua kenangan tentangnya...
tentang bagaimana ia berjuang untuk melakukan hal2 yg menurut kita sepele...tentang bagaimana ia menangis karena ingin berinteraksi dengan sekitarnya namun apa daya, kondisinya tidak memungkinkannya melakukan itu...tentang bagaimana ia tertawa menghadapi dunia ini, tak peduli bagaimanapun sulitnya...dan juga, yang terpenting, tentang bagaimana ia menyinari dunia sekitarnya...
Orang2 dengan kebutuhan khusus seperti adik saya biasa disebut dengan penderita "down syndrome/ sindroma down"...ato dgn kata halus lainny."invalid"...
bagi beberapa orang bodoh, mereka menyebutnya "cacat", "idiot" dsb...dan bagi beberapa orang yang jauh lebih tolol lagi, mereka menyebutnya sebagai "jokes"/"tertawaan"
tp bagi saya,dia itu spesial...sebuah anugrah tak terhingga...Sebuah hadiah dari Tuhan...
entah apa jadiny hidup saya tanpa dia...mungkin saya tak akan pernah mensyukuri hidup ini...mungkin saya akan menjadi orang goblog yg seenak-enaknya menginjak harga diri orang lain...mngkn jg lebih parah dr itu
semakin saya melihatnya..semakin saya bersyukur telah dianugerahi adik sepertinya...kenapa??...entahlah, saya jg tak dapat menjelaskannya......Mmm, anggap saja....sebuah perasaan yg muncul dengan sendirinya dan seharusnya...
thx my little brother...thx God...
Senin, 22 November 2010
Siren...
Siren......
Iya...engkau Puan
Tahukah kau?...
Merah ranum bibirmu tak sepadan racun didalamnya
Bisikan nafasmu tak lain merenggut pelan-pelan nyawaku
Pesona matamu menggelapkan dunia menyeret pada kehampaan abadi
Alunan suaramu membuatku tersesat dalam labirin tanpa akhir
Ah...Sayap surgawimu pun kukira takkan membawaku kemana-mana
Entahlah....bagiku kau tak terpetakan
bahkan dalam khayalan terliar sekalipun
Tapi kau tahu juga?
Biarlah mereka bilang aku bodoh
Biarlah aku tersesat dalam tamasya alam hiperealitas
Mampus aku dalam belenggumu
Ah kenapa Tuhan menciptakanmu Nona
"Hai kau yang terpaku diujung senja
Iya...engkau Tuan
Matilah bersamaku"
Langganan:
Komentar (Atom)